5 Kesalahan Orang Tua yang Membuat Anak Jadi Pemaunya Hidup

Diposting pada

Jangan menyepelekan apabila sang buah hati mengembangkan kebiasaan atau tingkah laku tersebut.

playing victim

, karena hal itu dapat berdampak pada pembentukannya sebagai pribadi di kemudian hari. Perhatikan kondisi di dalam rumah, apakah kesalahan orangtua menjadi faktor yang menyebabkan tingkah lakunya.

playing victim

pada anak?

Dikutip dari

Healthline,


playing victim

Merupakan suatu cara berpikir dimana individu cenderung melihat dirinya sendiri seperti sedang menjadi korban dalam setiap keadaan. Seseorang dengan sikap tersebut juga percaya bahwa orang lain lah yang senantiasa bertanggung jawab atas penderitaannya.

Remaja dan anak-anak cenderung bertingkah laku seperti ini

playing victim

Cenderung untuk mendapatkan perhatian dari orang di sekitarnya. Hal ini meliputi tuduhan dan penyesuaian fakta.

Apakah

playing victim

pada anak berbahaya?

Menurut konselor perkawinan dan keluarga, Vicki Botnick, sang pelaku

playing victim

Biasanya cenderung mengatribusikan kesalahan kepada pihak lain ketika menghadapi situasi sulit yang disebabkan oleh diri sendiri.

“Selain itu, mereka sering kali mengecoh orang lain agar bisa meraih belas kasihan dan penghargaan,” katanya seperti dilansir dari situs tersebut.

Healthline

.

Tipe Pengasuhan yang Memicu Masalah Kepribadian Narcissistic pada Anak Tanpa disadarai Oleh Orang Tua

Kebiasaan semacam itu tak bisa disepelekan, Bu. Kalau dibiarkan dan berkembang terus-menerus, si kecil mungkin akan tumbuh dengan mindset untuk mengelak dari kewajiban.

Kelak, anak tersebut bisa mengalami kesusahan dalam berkomunikasi di kemudian hari, termasuk sulit membuat teman baru serta bergaul dengan kerumunan orang.

Keteledoran orangtua menjadi faktor utama dalam menentukan perilaku anak tersebut.

playing victim

pada anak

Orangtua adalah sumber influens utama dalam hidup seorang anak, khususnya pada tahap awal pertumbuhan mereka. Anak-anak secara hati-hati menyaksikan serta mencontoh perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua mereka.

Apabila anak-anak menyaksikan orangtua mereka selalu berperan sebagai ‘korban’ ketika terdapat suatu masalah, maka sangat mungkin bagi anak-anak untuk menangkap dan memeluk cara pandang semacam itu.

Seseorang dengan mentalitas

playing victim

yakin dia tak mempunyai kontrol atas nasibnya, merasa lemah, enggan mengambil tindakan untuk membantu dirinya sendiri, serta menyudutkan pihak lain sebagai kambing hitam dari ketidaksuksesannya.

Berikut adalah sejumlah kesalahan yang dilakukan oleh para orangtua sehingga menyebabkan perilaku tertentu pada anak-anak mereka:

1. Mudah putus asa

Salah satu kesalahan orangtua yang dapat memicu perilaku negatif pada anak adalah hal yang perlu diperhatikan.

playing victim

Adalah rentan putus asa ketika berhadapan dengan hambatan atau tantangan. Misalnya, bila sering kali berkata-kata seperti ‘Kenapa saya selalu mendapatkan permasalahan semacam itu?’

Tindakan semacam itu bisa memberi teladan buruk kepada si anak. Si anak kemudian akan mengadopsi cara pikir mirip dan merasa minim kontrol atas hidupnya, sama halnya dengan orang tuanya.

2. Teruslah memberi kasihan kepada anak ketika mereka tidak berhasil

Apabila orangtua sering kali bersikap prihatin terhadap anak ketika mengalami kekecewaan, hal ini dapat menurunkan motivasi dan ambisi si anak. Kurangnya dorongan bagi perkembangan anak pun bisa menyebabkan mereka dengan sendirinya memandang diri sebagai korban dalam setiap situasi.

3. Meremehkan kemampuan anak

Kesalahan selanjutnya dari orangtua adalah sering kali mengabaikan bakat, keterampilan, atau potensial sang anak dan juga mencurigai kapabilitas mereka.

Orang tua harus waspada bila terlalu menekankan hal-hal yang tak bisa dilakukan anak, daripada memperhatikan kemampuan mereka. Ini bisa menciptakan cara pandang yang negatif.

playing victim

pada anak-anak, sebab hal itu membuat mereka mulai meragukan kepercayaan diri mereka.

Anak-anak sering kali meminta orang lain untuk membantu mereka dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dijumpainya daripada mencoba melawan sendirian.

4. Pastikan selalu mengatasi masalah anak

Biasanya orangtua tak ingin anak-anak merasakan kesulitan, jadi mereka langsung berusaha ‘menolong’ ketika anak-anak menghadapi suatu permasalahan.

Jangan terbiasa dengan hal itu, karena bisa menyebabkan anak menjadi sangat ketergantungan dan berpikir bahwa mereka perlu orang lain untuk mendapatkannya sendiri.

5. Trauma masa lalu

Sebuah tantangan dari pengalaman masa kecil seseorang dapat berdampak pada kondisi psikis mereka tanpa disadari. Sebagai contoh, bila orangtua sebelumnya telah tak sadar menyinggung atau bahkan melukai anak—entah itu dalam bentuk tubuh ataupun pikiran — hal tersebut mungkin menjadi alasan mengapa sang anak tumbuh dengan kepribadian tidak ingin kalah.

Tidak mustahil bahwa hal ini juga mempengaruhi cara dia menangani sebuah masalah.

Apa langkah tepat untuk menangani anak berkepribadian seperti itu?


Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/maroke

Berikut sejumlah metode yang bisa diaplikasikan oleh para orangtua ketika berurusan dengan anak memiliki kepribadian tertentu:

playing victim

:

1. Lakukan refleksi pribadi dan ubah tindakan Anda

Dikutip dari

Web MD

,

playing victim

Sebenarnya ini adalah tingkah laku yang dapat ditirukan dengan mudah oleh anak-anak. Hal tersebut tidak datang secara alami kepada mereka saat dilahirkan.

Artinya, anak mengambil pelajaran perilaku tersebut dari lingkungannya, seperti halnya dengan orang tuanya. Apabila Anda menduga bahwa sikap si kecil bisa jadi disebabkan oleh tindakan biasa diperlihatkan oleh para orang tua di dalam rumah, maka lakukan refleksi pribadi dan rubahlah gaya berperilaku anda.

2. Izinkan anak merasakan konsekuensi dari tindakannya sendiri

Jauhi perilaku yang selalu menyokong anak ketika menghadapi kesulitan. Mari biarkan mereka mencoba memecahkan masalahnya masing-masing, Ibu.

Jika nanti sang buah hati menemui kegagalan, jangan buru-buru mencaci maki mereka. Berilah bimbingan yang tepat sementara si anak diajak merasakan sendiri konsekuensi dari tindakannya dalam menjalani hukum sebab dan akibat tersebut.

Anak-anak pun akan mempelajari cara mengendalikan berbagai aspek dalam kehidupan mereka dan tidak selalu perlu menyetujui kontrol yang berasal dari pihak lain.

3. Bersikap tegas

Janet Lehman, MSW, seorang sosiolog, mengatakan bahwa orangtua harus tegas serta berperan dengan benar saat anak bertingkah buruk.

playing victim

. Hindari untuk terseret oleh emosi yang diperlihatkan oleh si anak.

“Terus tunjukkan kepedulian yang sebenarnya, namun jangan lupakan untuk selalu mendidik sang anak tentang cara mengatasi ketidakadilan serta berbagai permasalahan yang muncul,” kata Lehman, demikian dilansir dari

Empowering Parents.

4. Ajarkan anak-anak untuk berani menghadapi tantangan.

Dalam bukunya yang berjudul

Bukan Salah Saya, Sikap Korban dan Menjadi Bertanggung Jawab

George A. Goens, Ph.D., menekankan kepada kita betapa pentinya anak mempelajari cara untuk berani menghadapi tantangan dan mengambil resikonya.

“Saat anak-anak menghadapi hambatan dalam kehidupannya dengan tanggung jawab dan tidak saling menyalahkan, ini akan membimbing mereka menuju kesuksesan di kemudian hari,” jelas Goens.

Penting bagi orang tua atau pendidik untuk mendukung anak dalam mengatasi hambatan dengan cara memberi kesempatan kepada mereka agar dapat mencoba tugas-tugas yang menantang.

5. Libatkan tenaga profesional

Terkadang ibu merasa kehabisan kesabaran, khususnya ketika berurusan dengan anak yang memiliki tingkah laku seperti itu. Oleh karena itu, bila telah sampai pada titik tersebut, tidak ada salahnya bagi ibu untuk meminta bantuan ahli profesional dalam mengelola situasi dengan sang buah hati.

Ini pun merupakan tahap signifikan apabila sifat yang dipunyai sang buah hati telah menciptakan ketidakseimbangan pada kondisi emosional rumah tangga.

Pilihan Redaksi

  • 10 Ciri-ciri Indikasi Orang Tua yang Kurang Matang Secara Emosi Menurut Ahli

  • 5 Karakteristik Ortu yang Mungkin Memiliki Relasi Negatif dengan Anak Remaja mereka

  • Hindari Meneri ter Apakan “Berhati-hati” Saat Mengingatkan Anak, Beginilah Saran Para Ahli Psikologi Tentang Frasa Lebih Baiknya

Bagi Bunda yang mau

sharing

soal

parenting

dan bisa dapat banyak

giveaway

, yuk

join

Komunitas NewsSquad. Untuk mendaftar, silakan klik disini.

SINI
.

Gratis!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *