8 Cara Gwan Sik Tunjukkan Cintanya pada Ae Sun di ‘When Life Gives You Tangerines’

Diposting pada

Drama

Saat Kehidupan Memberikanmu Jeruk Ketimun

Menjadi pembicaraan hangat dalam beberapa hari terakhir, Park Bo Gum bersama dengan UI berhasil menghidupkan karakter tersebut.

chemistry

mereka bertujuan membawa emosi penonton mengenai kehidupan sampai cerita asmawinya.

Tidak mengherankan jika Yang Gwan Sik (Park Bo Gum) dijuluki sebagai suami impian.

green flag

oleh para

netizen.

Mulai dari menjadi pendengar yang paling baik hingga bersedia melintasi samudera dengan berenang, hal itu merupakan bukti cinta Yang Gwan Sik kepada Oh Ae Sun dalam drama Korea tersebut.

Saat Kehidupan Memberikanmu Jeruk Mangga

1. Terus beri makan kepada Ae Sun

Sejak usia dini, Gwang Sik selalu mengantarkan makanan bagi Ae Sun. Ibunya Ae Sun merupakan seorang

haenyeo

Penyelam wanita berpengalaman di Pulau Jeju guna mengumpulkan hasil laut. Sementara itu, Gwang Sik, yang berasal dari sebuah keluarga memiliki toko ikan, sering kali dipercayakan tugas untuk mendapatkan hasil laut langsung dari mereka.

haenyeo,

termasuk ibu Ae Sun.

Karena alasan ini, mereka berdua sering bersua dan menuntut ilmu di satu tempat yang sama. Hidup Ae Sun tidak selezat hidup Gwang Sik. Dia mengalami diskriminasi dari keluarga sang ayah dan jarang mendapatkan pangan secukupnya. Mengetahui situasi itu, Gwang Sik sering kali menyelipkan makanan laut serta jenis-jenis makanan lain untuk Ae Sun, hasil pengambilannya sendiri dari warung keluarganya.

2. Jadilah pendengar yang baik

Gwan Sik selalu tampil sebagai pendengar yang teliti bagi Oh Ae Sun. Dari kecil, dia telah memperhatikan semua impian, aspirasi, dan tantangan hidup Ae Sun. Ini turut membantu menjaga alur komunikasi di antara keduanya tetap lancar bahkan saat sudah menikah. Gwan Sik juga senantiasa menerlibatkan Ae Sun pada proses pengambilan keputusan penting demi hubungan mereka berdua.

3. Terus menyertain Ae Sun

Di luar sebagai pendengar yang baik, Gwan Sik senantiasa berdedikasi untuk mendampingi Ae Sun. Dia hadir ketika Ae Sun menanti ibunya usai penyelaman, menghibur Ae Sun dalam air mata mereka sewaktu sang ibu wafat, hingga pindah ke Busan bersama-sama guna merencanakan nasib mereka. Meski pada akhirnya, kedua insan itu ditahan dan dipulangkan kepada keluarga masing-masing di Jeju.

4. Menolong Ae Sun merawat keluarganya

Ae Sun, yang baru berumur 10 tahun, harus merelakan sang ibu pergi dan kemudian bertugas menjaga dua saudara kandungnya sampai akhirnya jadi pemegang kendali keluarga gantikan bapak tirinya yang tidak mau mencari nafkah. Walaupun tampak sulit, bukan Ae Sun saja yang menempuh ini semua. Gwang Sik selalu ada disampingnya untuk mendukung Ae Sun.

Mereka berdua bertanggung jawab atas penataan kebun tersebut, hingga pada akhirnya Ae Sun tidak perlu diminta untuk menjual sayuran kol dari hasil panen kebun miliknya yang ada persis di samping tokonya. Gwang Sik juga membangun sebuah tempat duduk bagi Ae Sun agar bisa istirahat tanpa terganggu oleh aktivitas bacaannya; hal ini menyebabkannya harus mengurus kedua warung mereka secara bersama-sama.

5. Tidak berniat menghambat kegembiraan

Setelah pulang ke Jeju setelah pergi sebentar, Ae Sun dipaksa mengundurkan diri dari sekolah dan menikahi pria berduit yang dapat menyediakan gaya hidup mapan baginya. Meskipun awalnya enggan, pada akhirnya Ae Sun menerima tawaran itu demi meninggalkan anaknya bersama ibu Gwang Sik.

Gwang Sik merasa kesal dan tidak menerima ide bahwa Ae Sun harus menikah dengan pria lain. Dia menyumbangkan seluruh barang milik keluarganya sebagai bentuk mahar yang melambangkan kemampuan dirinya dalam memenuhi kebutuhan Ae Sun. Meskipun begitu, keluarganya tetap menolak hal ini sampai akhirnya Ae Sun sendiri yang memberitahu Gwang Sik tentang pendirian tersebut.

Gadis penggemar puisi itu berkomentar bahwa Gwang Sik tidak akan mampu membuatnya bahagia atau memenuhi harapan-harapan Ae Sun jika mereka berumahtangga. Sahabat lamanya itu justru akan menghambat imajinasi serta kegembiraannya. Sebenarnya, ungkapan tersebut datang dari Ae Sun supaya Gwang Sik dapat meraih hidup yang lebih baik sebagai seorang atlit layaknya saran sang ibunda. Akibatnya, keduanya akhirnya pisah dan Gwang Sik menuju Seoul demi masa depanya.

6. Bersedia menyeberkan lautan demi berkumpul dengan pujaan hati

Pada saat Gwang Sik bertolak menuju Seoul, Ae Sun dan tunangan barunya akan menggelar sesi foto. Tetapi, Ae Sun menyadari bahwa rasa cintanya hanya milik Gwang Sik dan dia bermaksud untuk tetap bersama dengannya. Ae Sun berlari dengan seluruh kemampuannya menuju pelabuhan. Ironisnya, kapal yang ditumpangi Gwang Sik telah meninggalkan dermaga dan semakin jauh darinya.

Dalam kebisingan kapal tersebut, Gwang Sik mendapati teriakan Ae Sun di tepian dermaga. Dia mencoba mengajak kapten agar membolak-balikkan arah kapal, namun usaha itu sia-sia. Kemudian, dengan semangat yang teguh, Gwang Sik melompat dari atas kapal dan berenang menuju Ae Sun yang sedang berada di pesisir pantai. Setelah bersua, mereka merayu kebersamaan dalam pelukannya sebelum pada akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri.

7. Memenuhi sepenuhnya tanggung jawab terhadap kebutuhan

Sebagai sepasang suami istri yang masih muda serta diberkahi dengan seorang anak berusia 19 tahun, Gwang Sik bertanggung jawab untuk menyediakan segala keperluan keluarganya. Untuk itu, ia bekerja sebagai nelayan guna menafkahi putranya dan sang istri. Pada tahap awal pernikahannya, mereka mendiami rumah milik keluarga Gwang Sik.

Sayangnya, keluarga itu tetap memegang teguh sistem patriarkis yang kuat. Ae Sun, yang tidak disenangi oleh keluarga Gwang Sik, sering kali diskriminasi dengan alasan dianggap seolah-olah roh ibunya selalu berada di dekatnya. Dia juga kerapkali ditembak dengan kacang merah serta dikritik keras karena belum juga melahirkan bayi lelaki demi mendapat keturunan laki-laki.

8. Suami yang mendukung istrinya walaupun keluarganya bersifat patriarchal

Ae Sun sering mengalami berbagai ketidakadilan selagi menetap di rumah Gwan Sik. Suaminya tidak menyadarinya karena Ae Sun enggan memberi beban pada Gwang Sik; ia khawatir malahan akan semakin dimaki oleh ibu serta nenek iparnya.

Ketika mengetahui bahwa istrinya dan anaknya ditreatment dengan buruk oleh keluarganya, Gwang Sik langsung melindungi istrinya di hadapan ibunya dan neneknya. Dia segera mengantarkan keluarganya yang lebih kecil tersebut meninggalkan tempat tinggal keluarga besar mereka.

Gwang Sik dan Ae Sun menetap di sebuah tempat tinggal yang sederhana. Walau demikian, mereka berdua merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Yang mengherankan, Ae Sun segera mengalami kehamilan sesudah pergi jauh dari keluarga Gwang Sik.

Siapa yang juga

baper

dengan Gwang Sik?




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *