Allah Tak Pernah meninggalkan Saya: Kisah Kepercayaan Yang Mengubah Hidup

Diposting pada

Pada tanggal 15 Maret 2025, seorang bocah membuka lembaran kenangannya yang tertata dengan rapi. Sejak usia muda sampai tumbuh menjadi pemuda, ia terus menghadapi masalah kemiskinan dan ketidakefektifan dalam mencapai tujuannya. Keterbatasan untuk melakukan sesuatu tidak hanya dialami satu atau dua kali tetapi sudah banyak kali. Ini bukanlah situasi singkat namun telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Sekarang di usia yang tak lagi muda, ia mencoba merenung tentang masa laluannya. Waktu itu serba kurang, dipenuhi oleh rasa khawatir dan ketakutan. Ia hanya bisa menggigit bibir serta menyegel mulutnya melalui petualangan panjang yang telah dilewati, baik saat berduka maupun bersukacita. Di tengah ombakan hidup yang tentunya kaya akan ujian, cobaan, hingga kesempurnaan yang hilang. Sampai akhirnya, ia pun bingung; sungguh sulit baginya untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi padanya?

Semakin ia merenungkannya dan mempertimbangkan hal ini secara mendalam, pria tersebut semakin menyadari bahwa tak ada satupun manusia di dunia ini yang benar-benar sempurna. Terlebih bagi mereka yang biasanya melintasi jalanan bergelombang; malahan, kebanyakan dari perjalanannya adalah masa-masa kelam dibandingkan dengan cahaya terang. Ia tumbuh sebagai remaja di bawah asuhan ayahnya sang prajurit dan ibunya yang merupakan istri rumah tangga sederhana. Di pikirannya, selama bertahun-tahun sampai saat ini, hatinya senantiasa bisik: “Aku kotor, Aku kotor dan aku hanya nol.” Dia sering kali mengecilkan nilai dirinya, berkata pada dirinya sendiri bahwa dia sama sekali tidak penting dan tidak memiliki arti apapun. Perasaan sedih dan penilaian diri yang intens seperti inilah yang dialaminya.

Setiap harinya berganti dengan cepat, begitupun waktu tak henti-hentinya melaju. Dalam perjalanan hidupnya yang panjang, ia kian sering merenung dan bertaubat kepada Tuhan-nya. Ia senantiasa memohon agar dipertahankan kesihatan tubuh serta jiwa guna meningkatkan kebaikan diri sendiri, supaya tetap bijaksana dalam setiap langkah. Dia menyadari bahwa ‘masa telah semakin sempit…’. Untuk itu, ia bertekad menggunakan sisa waktunya ini hanya untuk mendekati Sang pencipta, keluarga, serta sesama manusia; melakukan hal positif dimanapun asalkan masih memiliki kesempatan. Demikianlah komitmennya sebagai putra sampai akhir hayat menjemput pada suatu saat nanti.

Seorang anak lelaki tersebut terus-menerus berhadapan dengan satu tes setelah tes lain serta pengujian demi pengujian. Dia tak pernah mengeluh atau menyebarkannya kepada orang lain. Ia merasa bersalah dan lemah. Kadang-kadang dia bertanya dalam doanya, “Bukankah Tuhan biarkan aku seperti ini…?” Air mata kadang jatuhi wajahnya saat ia shalat dan berdoa. Pada akhirnya, ternyata Allah telah membentuk karakternya melalui serangkaian tantangan sejak usia muda. Anak laki-laki itu pun hanya bisa tetap bangkit kembali dengan pertolongannya dari dalam hatinya.

Benar adanya, setiap orang dapat menjumpai cobaan dan tantangan yang berat. Setiap individu diperbolehkan memiliki asumsi atau sangkutan pikiran, baik itu tentang apa pun dan terhadap siapa saja. Namun di tengah ketabahan dan rasa bersyukur, marilah kita yakin bahwa semua ini akan lewati, segala sesuatupun pasti menjadi indah pada akhirnya. Sebab Tuhan tak ada duanya tidak akan biarkan hamba-Nya merana sendiri-sendiri. Sang Pencipta juga tidak akan tinggal diam meninggalkan hamba-Nya, betapapun buruknya anggapan dan prasangka mereka.

Seorang pria lahir 55 tahun silam saat ini merasa begitu bersyukur atas semua rahmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Dia telah melewati masa-masa ujiannya dengan sukses besar. Setelah menghabiskan waktu selama enam tahun dua bulan, ia berhasil menuntaskan pendidikan Doktornya – Spesialis Manajemen Pendidikan tingkat tiga dan secara tekun melanjutkan profesi pengabdiannya sebagai seorang dosen hingga mencapai usia 31 tahun. Di tengah-tengah rutinitas harian tersebut, dia juga aktif dalam kegiatan sosial di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di lereng Gunung Slaak Bogor, tempat dimana dirinya dapat mengekspresikan jiwa dan semangat hidup pada tahapan akhir petualangan manusiawi-nya. Seiring berjalannya waktu, beliau pun berkarya sebagai penasehat serta pakarnya di ranah Dana Hari Tua dan beberapa organisasi lainnya. Namun hal yang paling membuatnya rasa syukurnya adalah memiliki lingkungan keluarga yang hangat dan dukungan dari mereka. Istrinya beserta buah hatinya merupakan pelaku utama perjalanannya menuju kedewasaan. Kini, setelah semua pencapaian tersebut, tersisa satu tujuan yaitu menjaga agar hari-hari depannya lebih baik, terlebih menyertakan dua kilauan hatinya: Farah Gammathirsty Elsyarif, putrinya yang akan masuk perguruan tinggi tahun ini dan Aleena Thalia Saqeenarava, cucunya yang amat dicintainya.

Telah dibuktikan bahwa Allah tidak akan meninggalkan atau mengabaikan hamba-Nya. Seorang pemuda pun hari ini mencatat: “Subhanallah, semua pujian adalah milikNya; ujian keras tersebut dikurangi oleh Allah dengan limpahan rahmat tak ternilai serta rasa syukur yang sulit dilontarkan. Alhamdulillah wahai Allah, Engkaulah Yang telah memberikan hal-hal terindah di kehidupanku. Jika sudah jelas betapa indahnya penghargaan ini, kenapa kita harus menyesali setiap cobaan dan ujian yang pernah lewat?”

……………

Sebenarnya, tak ada satupun manusia di bumi ini yang dapat menjalani hidupnya tanpa adanya ujian dan rintangan. Tak seorangpun tokoh besar di muka bumi ini lahir dengan instan. Tokoh-tokoh besar itu menjadi demikian karena proses waktu lama, melewati kerja keras, banyak pengorbanan serta menghadapi berbagai tantangan. Bukti nyatanya, tiap kali kita bertemu dengan kesulitan merupakan langkah awal meraih kepuasan sesungguhnya. Setiap orang memiliki kemampuan untuk belajar dari kegagalannya dan menggunakan hal tersebut sebagai pembelajaran penting agar semakin berkembang. Rintangan-rintangan itu sendiri hanyalah sarana bagi diri kita untuk mendirikan fondasi karakter kuat guna mencapai cita-cita hidup yang baik. Memang benar, Tuhan belum pernah juga meninggalkanku atau membiarkanku sejak dahulu sampai saat ini. Dia senantiasa memberiku pertolongan.

Itulah catatan perayaan ultah untuk seorang pria yang saat ini genap berumur 55 tahun, alhamdulillah ya Allah!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *